Senin, 15 Agustus 2016

Kecanduan Narkoba yang Membunuh Generasi

Posted by   on

PEREDARAN NARKOBA DI Indonesia kini memasuki tahap kronis karena melibatkan aparat penegak hukum. Upaya hukum untuk memberantas narkoba di Indonesia pun menjadi omong kosong belaka yang hanya menghabiskan dana dan menipu publik melalui propaganda media.

Hukuman mati yang diterapkan bagi gembong narkoba tidak lebih dari upaya melestarikan sistem peredaran narkoba yang sebenarnya dibeking oleh aparat penegak hukum : Gembong Narkoba mati sementara sistem dan aktor-aktor kuncinya tetap hidup dan leluasa melanjutkan kejahatan mereka.

Negara dalam kasus ini benar-benar hadir sebagai pihak yang memelihara sistem peredaran narkoba yang sudah begitu menggurita.

Kasus Freddy Budiman menjadi bukti nyata, bahwa peredaran Narkoba di Indonesia sulit diberantas karena pelaku utama atau pemelihara sistemnya adalah aparat penegak hukum : Polisi, Tentara dan Badan Narkotika Nasional. Oknum bejat berpangkat besar memanfaatkan kekuasaan dan istitusi untuk merusak bangsa sendiri dengan cara membunuh mereka dengan narkoba.

Keuntungan finansial pun diraup dengan cara : (1) menjadi antek asing dalam hal ini Bandar Narkoba di luar negeri seperti China, dan (2)  merusak bangsa sendiri dengan Narkoba dengan target generasi yang akan datang menjadi lapuk di persaingan global.

--------------------

KISAH POLISI DI sekitar Freddy Budiman mirip dengan kasus narkoba di Papua.

Seorang sumber terpercaya di Jayapura, Papua, yang juga merupakan mantan pecandu dan pengedar narkoba jenis ganja dari Papua Nugini mengatakan, Polisi terlibat membeking mereka sehingga dia dan rekan-rekannya tidak pernah tertangkap.
Bila ada yang tertangkap maka dipastikan oknum tersebut bukan dari jaringan pengedar yang dibekap Polisi.

Terjadi persaingan bisnis disini, dimana tugas Polisi adalah menangkap mereka yang tidak satu jaringan yang berarti tidak pernah menyetor upeti.

Bagaimana dengan barang bukti yang disita? Sumber ini kembali menjelaskan, ganja yang disita tidak pernah dimusnahkan, tetapi justru dijual kembali di Doyo sampai Pasir Dua oleh jaringan yang dibekap Polisi.

Melalui Jayapura, jaringan Narkoba merambah wilayah Pegunungan Tengah melalui Bandara Sentani. Salah satu wilayah yang menjadi tujuan pemasaran adalah Timika dan Tembagapura yang harganya menjadi tinggi karena dekat atau berada di areal Tambang Raksasa Freeport.

Sumber ini mengatakan, selalu merasa lucu ketika membaca berita koran lokal di Jayapura yang menulis laporan tentang aktivitas Polisi melakukan operasi berantas narkoba atau menangkap pengedar dan pecandu narkoba kemudian menyita barang bukti berupa ganja kering. Dia menyebutkan, semuanya baku tipu.

Walaupun sudah sadar dan berhenti mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, sumber ini tetap waspada dan menyembunyikan diri. Katanya, Polisi sewaktu-waktu bisa menangkap dan memprosesnya ke penjara seperti pernah dialami kawan-kawannya yang sampai saat ini takut buka mulut.

Cara ini kerap dilakukan jika Polisi ingin menjaga citranya di mata masyarakat apabila aktivitas mereka yang sebenarnya sebagai tukang bekap jaringan narkoba mulai tercium.

Ada beberapa kasus dimana beberapa Anggota Polisi di Jayapura justru menjadi pengedar bahkan pecandu narkoba. Beberapa dari mereka telah ditangkap dan menjalani hukuman sementara yang lain masih bebas berkeliaran dengan kondisi fisik yang mengerikan seperti mayat hidup.

---------------------

IRONISNYA, JARINGAN INI telah merambah wilayah anak-anak sekolah dan buktinya banyak anak-anak usia dini yang masih duduk di bangku  SD, SMP dan SMA di Jayapura menjadi kecanduan Narkoba.

Setelah kecanduan Narkoba maka mereka dengan mudah berpindah ke aktivitas merusak berikutnya yaitu konsumsi Minuman Keras atau Miras dan Sex Bebas.

Satu keluarga pejabat di Jayapura saat ini merasa sulit mengurus putra semata wayang mereka yang kecanduan narkoba kemudian menjadi kepala batu dan menyelip botol Miras di celana justru di depan mata kedua orang tuanya.

Para orang tua pun kalang kabut menghadapi fakta rusaknya mental dan fisik anak-anak mereka. Berbagai upaya pun ditempuh untuk merehabilitasi anak-anak mereka dari kecanduan Narkoba dengan cara mengirim anak-anak mereka ke panti rehabilitasi di berbagai kota yang ada di Indonesia.

Anak-anak yang tidak sempat direhabilitasi biasanya mengalami kerugian saat melakukan tes seleksi masuk Polisi, Tentara atau Calon Legislatif. Tes Urin akan membuktikan dia pemakai Narkoba atau tidak. Sampai disini banyak pecandu Narkoba yang terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengikuti seleksi.

--------------------

KONDISI INI SEKARANG bisa diatasi dengan Ara Boven Digoel Herbal. Ramuan alam yang diracik oleh Dokter Adat Yulianus Mikan ini mampu memulihkan pecandu narkoba ke kondisi semula. Darah yang kotor karena zat aditif Narkoba bisa dibersihkan. Nafsu untuk mengkonsumsi Narkoba bisa hilang dengan sendirinya.

Banyak anak-anak Papua yang berhasil masuk tentara dan Polisi dengan bantuan Ara Boven Digoel Herbal. Beberapa bulan sebelum mengikuti seleksi mereka secara rutin mengkonsumsi Ramuan Ara Boven Digoel Herbal dan hasilnya akan terlihat saat melakukan tes urin. Mereka lolos seleksi kesehatan.

Banyak contoh yang tidak perlu disebutkan disini karena privasi mereka dijaga. Mereka saat ini tampil gagah dengan seragam TNI atau Polri. Tetapi tidak ada yang menyangka kalau mereka dulunya adalah pecandu Narkoba yang karena ingin memulihkan diri, akhirnya tertolong berkat Ara Boven Digoel Herbal.

Anda pecandu Narkoba yang tertarik mencoba Ara Boven Digoel Herbal? (E)
Johny Fais, salah satu pecandu Narkoba yang pulih setelah minum Ara Boven Digoel Herbal. (Foto : Dok. Ara Bodig Herbal)

Tidak ada komentar:
Write komentar

Hey, we've just launched a new custom color Blogger template. You'll like it - https://t.co/quGl87I2PZ
Join Our Newsletter